Labels

Rabu, 27 Juli 2011

Multiple Intelligences for Islamic Teaching

Kecerdasan majemuk (multiple intelligences) telah menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dari perkembangan zaman yang tengah terjadi saat ini dan masa yang akan datang. Pasalnya, dengan kecerdasan majemuk anak tidak saja hebat dari segi kecerdasan intelektual (intelltual quotient/IQ), melainkan juga didukung dengen kecerdasan emosional (Emotional quotient/EQ) dan kecerdaran spiritual (spiritual quotient/SQ). Oleh karena itu, bagaimana mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang telah ada pada setiap anak adalah tantangan yang sedapat mungkin dijawab oleh setiap orang tua, pendidik dan siapapun juga yang peduli kepada perkembangan generasi pelanjut kehidupan umat manusia.
Ada banyak media yang dapat dioptimalkan untuk mendukung kecerdasan majemuk ini (multiple intelligence). Tak terkecuali adalah ajaran-ajaran Islam, seperti rukun Islam, bahkan juga rukun Iman. Semua ajaran dan pilar-pilar agama Islam itu dapat saja direkayasa untuk mengoptimalkan kecerdasan majemuk tadi. Pesan-pesan yang terdapat pada setiap rukun tersebut dapat dikontekstualisasikan dan dimaknai secara progresif dan positif. Setelah itu, diarahkan untuk melatih, membiasakan dan meningkatkan aspek-aspek kecerdasan anak.
Satu contoh dapat diberikan di sini, yaitu tentang shalat. Bagaimanakah shalat bisa direkayasa dalam bentuk pembelajaran untuk mendukung dan bahkan melejitkan kecerdasan majemuk (multiple intelligence)?Apa saja yang perlu dipahami dan dilakukan si pendidik, guru, trainer, atau mentor untuk dapat melakukan tugas mulia ini? berikut pejelasan singkatnya.
Pertama dan terutama adalah membelajarkan bagaimana teknis shalat yang benar kepada peserta didik. Mudahnya, ajaranlah shalat sebagaimana dalam fiqh shalat, tanpa terjebak pada soal khilafiyah antar madzhab, dari soal niat, syarat dan rukunnya. Pahamkan peserta didik arti penting niat bagi diterimanya shalat dan bahkan semua amal perbuatan yang kita lakukan. Pahamkanlah bahwa dengan niat shalat harus untuk Alloh semata, tak ada yang lain. Bahwa setiap gerakan, lekukan dan sudut-sudut yang terbentuk dari gerakan shalat yang benar itu bermanfaat bagi si pelaku shalat itu sendiri adalah manfaat yang akan didapat lebih banyak dan lebih utama jika niat beribadah kepada Alloh itu sudah dapat dilaksanakan.
Pahamkan kepada peserta didik tentang "shalat yang produktif". Artinya shalat yang menghasilkan perubahan menjadi baik, shalat yang dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, seperti disebutkan dalam al-Qur'an. Shalat yang benar-benar membekas pada kesadaran, pemikiran perilaku dan perbuatan sehari-hari.
Ingatkanlah kepada peserta didik dan diri Anda sendiri bahwa setiap bacaan yang terucapkan dalan shalat adalah do'a. Coba kita teliti satu-persatu dari takbiratul ihram, bacaan iftitah hingga ruku', sujud dan duduk tahiyat serta salam. Bukankah semuanya mengandung do'a. Sadarkah kita mengapa dan untuk apa mengucapkan takbir, membesarkan nama Alloh di awal setiap gerakan baru dalam shalat? Bukankah meng-agungkan nama-Nya harus berbekas pada kesadaran kita bahwa kita manusia itu kecil, lemah di hadapannya? Bukankah ini seharusnya menyadarkan pelaku shalat itu untuk senantiasa menyadari ada Dzat Maha Besar di luar yang dapay dipahami nalar manusia? Inilah satu bentuk kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) dalam shalat, yaitu kecerdasan untuk menginsyafi bahwa ada dzat yang maha besar di luar dirinya yang setiap diri tunduk kepada-Nya.
Satu kesadaran ini saja sebenarnya cukup untuk melejitkan kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) sekaligus kecerdsaan sosial (emotional intelligence) setiap muslim yang mengamalkan shalat. Artinya, kecerdasan spiritual dalam bentuk kesadaran seperti itulah yang akan mengantarkan kepada kemampuan mengelola emosi pada perilaku dan perbuatan, menjadikan pelaku shalat dapat tercegah dari melakukan perbuatan keji dan munkar.
Dalam pembelajaran, cobalah eksploitasi sebanyak mungkin kesadaran peserta didik dan Anda sendiri tentang kebesaran Alloh swt. melalui setiap bacaan dan gerakan shalat. Setelah itu, kaitkan dengan filosofi dan makna yang ingin dicapai dengan shalat, seperti disebutkan dalam al-Qur'an maupun hadits-hadits Nabi. Selanjutnya, tariklah kesadaran tersebut pada contoh-contoh kehidupan nyata. Tentang belajar yang artinya pembebasan, dan bersikap mandiri, kritis dan rasional. Tentang menghormati orang lain bukan atas dasar materi, tapi karena orang lain adalah manusia. Tentang hidup sederhana dan tidak korup dalam pengertian yang seluas-luasnya dan sebagainya.
Semoga pembelajaran-pembelajaran shalat seperti di atas benar bisa melejitkan kecerdasan majemuk kita, membangkitkan kesadaran manusia, kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional. Bagaimana dengan kecerdasan intelktual? Sudah banyak pihak yang menemukan bukti hubungan shalat dengan fungsi dan efek kecerdasan intelektual. Bukankan ketika sujud bagian-bagian syaraf otak kita sedang menerima aliran darah yang sangat bermanfaat untuk mendukung kesehatan berpikir kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar